PENGANTAR KURATORIAL

Dr. Eko Sugiarto

(Universitas Negeri Semarang)

Terselenggaranya Pameran Seni Rupa Universitas Muhammadiyyah Makassar (UNISMUH) menunjukkan kolaborasi artistik dari karya-karya mahasiswa Seni Rupa Unismuh. Bagaimana tidak, karya-karya tersebut merepresentasikan ekspresi estetik di satu segi, dan kapasitas kreatif di segi yang lain. Pameran ini secara khusus hendak menyampaikan misi dakwah melalui seni. Tegasnya, karya-karya yang disajikan adalah karya yang “Islami” untuk menunjukkan kagungan Yang Maha Pencipta. Inilah implementasi yang amat nyata dari lembaga Muhammadiyyah sebagai lembaga keagamaan yang tetap berpihak pada kebudayaan, dengan kesenian di dalamnya, sebagai warisan Nusantara.

Untuk membedah esensi seni sebagai media dakwah, mari kita kaji lebih jauh secara konseptual, khususnya interelasi antara kesenian dan sistem kepercayaan (agama) di dalam sistem kebudayaan dengan merujuk pada Koentjaraningrat. Kesenian dan agama adalah dua subsistem yang tak terpisahkan dalam kebudayaan. Bahkan, tak jarang menjadi sarana atau media penghelai nilai-nilai ke-Islaman. Begitu pula sebaliknya, aktivitas keagamaan senantiasa dilaksanakan secara simbolik dalam suatu kebudayaan dengan berbalut kesenian.  Dengan demikian, kita bisa tegaskan, bahwa tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang tidak memiliki kebutuhan estetik, yang membedakan ialah selera estetiknya.

Seni dan agama, adalah dua subsistem dalam kebudayaan yang senantiasa beriringan. Keduanya bisa saja bertentangan secara prinsip, namun juga bisa seirama apabila diselaraskan untuk mencapai kesadaran ke-Esaan Allah Swt. Catatan penting yang perlu kita torehkan dalam pameran ini ialah ‘manusia memang dikaruniai kemampuan mencipta seni secara indah’, tetapi sejatinya Allah-lah sumber keindahan dari segala keindahan yang ada di muka bumi ini. 

Para seniman muda di era milenium ketiga ini, terutama yang tengah belajar di perguruan tinggi Islam, umumnya terjebak dalam dua dilema: di satu segi wacana teoritis dan praktik kesenirupaan kontemporer yang senantiasa menggiring keliaran berekspresi seni dan membongkar dogma-dogma yang kaku dalam kesenian, di segi lain nilai-nilai keagamaan (Islam) adalah mutlak. Uniknya, kondisi yang dilematis tersebut tidak lantas menjadi penghambat para mahasiswa seni rupa UNISMUH dalam berkarya seni. Kondisi tersebut justru direspons secara kreatif melalui karya-karya apik yang dipamerkan. Ini sangat membanggakan. Sebagai ciri khas akademiknya, pameran seni rupa UNISMUH memang berkomitmen untuk mengusung dakwah dengan seni sebagai medianya. Ciri khas ini patut untuk dipertahankan sebagai jati diri sekaligus identitas seni rupa UNISMUH, yang membedakan dengan seni rupa di perguruan tinggi yang lain, yaitu “berekspresi estetik yang berbasis pada nilai-nilai keagamaan”.

Di akhir tulisan  ini saya tegaskan bahwa “kreativitas adalah kata kunci” sebagai modal individu sekaligus modal sosial. Seni rupa UNISMUH berhasil menumbuhkan ini sekalipun di tengah pandemic Covid-19 dengan penyelenggaraan pameran bernuansa Islam. Pameran ini layak untuk diapresiasi oleh kalangan penikmat seni, akademisi, atau pihak lain yang menaruh perhatian besar terhadap kesenian.

KATA PENGANTAR

PAMERAN KALIGRAFI MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kebangkitan seni lukis kaligrafi Islam di Indonesia, berawal dari pameran “Kaligrafi Nasional”pada Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional ke-9 di Semarang pada tahun 1979. Meskipun sebelumnya sudah tampak eksitensi seni lukis kaligrafi Islam, namun hanya bersifat personal atau secara individual. Pada saat itu memang sudah menampakan eksitensi diri ke permukaan percaturan seni lukis Indonesia, seperti yang dipelopori pelukis Ahmad Sadali sekitar 1960-an awal, pelukis AD. Pirous sekitar 1960-an akhir, dan dilanjutkan oleh pelukis Amri Yahya yang terkenal dengan lukisan kaligrafi yang bermediakan batik pada pertengahan 1970-an.

Seni lukis kaligrafi Islam, di Indonesia mempunyai kecenderungan dalam dua kategori yakni kaligrafi “Murni” dan kaligrafi “lukisan”. Kaligrafi Murni adalah kaligrafi yang mengikuti kaidah-kaidah atau pakem-pakem khat kaligrafi secara baku, dan dalam pengamatan yang sangat ketat. Hal ini dapat dilihat perbedaan-perbedaan dengan jelas pada aliran-aliran seperti Naskhi, Tsuluts, Rayhani, Diwani Jali, Ta’liq Farisi, Koufi dan Riq’qh. Penyimpangan atau menyampuradukan satu dengan yang lainnya dipandang sebagai suatu kesalahan,
karena tidak cocok dengan rumus-rumus yang sudah ditetapkan.

Adapun yang dimaksud dengan “lukisan” kaligrafi adalah model kaligrafi yang merupakan “ekspresi individual”.Artinya para pelukis dalam mengekspresikan kaligrafi pada lukisan tidak lagi terikat dengan kaidah-kaidah atau aturan rumus-rumus yang ada pada kaligrafi yang baku, namun lebih cenderung pada pengekspresian cita rasa (bahasa estetis) individual. Dalam hal ini biasanya pelukisnya tidak dilatarbelakangi bekal “ilmu” kaligrafi baku (khat). Oleh karena itu kadang kehadiran unsur kaligrafi di dalam lukisan tersebut terkesan “rancu” dalam hal deformasi bentuk kaligrafi, dalam arti sebagai “tulisan indah”(khat).

Pameran kaligrafi yang diselenggarakan oleh para mahasiswa Program Studi  Senirupa Universitas Muhammadiyah Makassar ini merupakan persembahan ikhlas dan sebagai manifestasi rasa cintanya kepada Program Studi yang genap berusia 12 tahun. Sebuah kebanggaan kepada Program Studi tempat mereka studi yang merupakan satu-satunya Program Studi Seni di lingkungan Muhammadiyah hingga tahun 2010. Pameran Kaligrafi ini pun sepengetahuan kami merupakan pameran pertama yang diselenggarakan oleh mahasiswa Muhammadiyah yang didukung sepenuhnya oleh Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah terbesar di Sulawesi itu.

Pameran yang diselenggarakan pada 28 Februari 2021 sampai dengan 2 Maret 2021 yang mengambil tema PANDEMIK 21 (Pameran Dengan Misi Kaligrafi) dimaksud untuk membuktikan bahwa di masa musibah Corona pada 2021 para mahasiswa tetap beraktivitas dalam penciptaan karya seni. Sebagai pembina seni, tentu Pak Andi Etal (Dr. Andi Baetal Muqaddas) dan kawan-kawan tentu tidak begitu saja melepas para mahasiswa. Protokol kesehatan demi mencegah penularan wabah Corona tentu dipatuhi dengan baik. Selain itu, dalam membina mereka berkarya, Pak Andi Etal tentu telah menyampaikan kepada para mahasiswanya bahwa (a) ketepatan dan kebenaran penulisan kaligrafi sesuai dengan kaidah-kaidah khat (baku/murni), (b) kreativitas, dan (c) estetika dalam membuat karya Kaligrafi Dekorasi harus diperhatikan. Demikian juga bahwa untuk membuat karya Kaligrafi Lukis, harus diperhatikan tiga hal penting, yakni (a) Ekspresi, tema dan karya lukisan, (b) Kebenaran penulisan kaligrafi, dan (c) Kesatuan atau unity antara unsur kaligrafi dengan unsur lukisan.

Kegiatan dan semangat para mahasiswa tersebut tentu akan dapat menumbuh kembangkan kreativitas bagi kaligrafer (khathat) dan pelukis dalam proses penciptaan karya seni yang mengekspresikan firman-firman Ilahi melalui karya seni kaligrafi. Kehadirannya tidak semata sebagai sekedar bermain estetik, namun memiliki dimensi transdental (religious) yang memberikan kepuasan ruhani yang utuh, baik horizontal (habluminannas) maupun vertikal (habluminallah) bagi penulis/pelukisnya dalam pendekatan diri kepada Allah SWT (thaqarrub). Kegiatan itu dilandasi oleh firman Allah swt dalam Al-Qur’an yang artinya  “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz- Dzariyat 56) dan juga sabda Rasulullah saw yang artinya “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah. Dia suka kepada keindahan. Sesungguhnya Allah itu Maha baik. Dia suka kepada kebaikan”.

Bagi kami, kegiatan PANDEMIK 21 itu merupakan momentum dan terobosan yang dilakukan para mahasiswa Muhammadiyah dalam melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Ahmad Sadali, AD. Pirous, dan Amri Yahya dalam mengembangkan khasanah perkaligrafian Islam di Indonesia. Selain itu,  pameran tersebut memberikan inspirasi dan inovasi kepada peminat/pencinta kaligrafi Islam, dalam hal ini khat, serta menumbuhkembangkan kreativitas dalam kreasi kaligrafi, baik dalam kaligrafi dekorasi maupun kaligrafi lukis. Yang tidak kalah penting, pameran tersebut semoga meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni kaligrafi Islam dalam pengembangan syi’ar Islam melalui seni budaya.

Terhadap Pameran Seni Rupa di Rumah Adat Kabupaten Takalar yang terletak dalam lingkungan Benteng Somba Opu Kota Makassar ini atas nama Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah kami menyampaikan ucapan selamat dan sukses serta berdoa mudah-mudahan diridlai Allah swt. .  

Semoga Allah menerima aktivitas kita di bidang seni ini sebagai amal ibadah yang diberikan pahala. Aamiin.

                                                                                          Yogyakarta, 13 Maret 2021

                                                                                  Jabrohim

                                                                                  Wakil Ketua LSBO  PP. Muhammadiyah

Desain Grafis (Vektor Wajah)

Studi Khusus Yang diangkat adalah Desain Grafis (Vektor Wajah), Tokoh Muhammadiyah Sulsel dengan teknik Vector Kartun dengan bahan & alat Komputer (Laptop) dan mouse dan perangkat software CorelDRAW sebagai media berkarya, dan finishing menggunakan printer khusus A3+ dengan jenis kertas Art Paper, Jumlah karya yang dihasilkan sebanyak delapan karya ukuran 30 x 40 cm.

Adapun yang mendasari mengangkat studi khusus tokoh muhammadiyah sulsel, sebagai mahasiswa Unismuh makassar pentingnya mengetahui tokoh muhammadiyah yang ada di sulsel karena muhammadiyah itu sebuah organisasi islam terbesar di Indonesia. lembaga yang bergerak  dalam kegiatan pendidikan, sosial, kesehatan, dsb.

Kriya Logam Kaligrafi

Seni Kriya Logam Kaligrafi menggunakan media Logam Kuningan, jumah karya yang dihasikan sebanyak  6 karya dengan ukuran 105×38 cm. Adapun tema yang diangkat dalam lukisann ini yaitu “kaligrafi” Secara historis Kaligrafi adalah seni menulis yang indah, dibentuk dengan mengutamakan nilai keindahan yang terdapat pada huruf  yang telah di modifikasi atau digayakan sehingga mempunyai nilai estetika.

Seni Lukis Kaligrafi

Seni Lukis Kaligrafi dengan menggunakan media kanvas dan mengunakan cat akrilik dan spidol posca.. Jumlah karya yang dihasilkan sebanyak 8 karya dengan ukuran 50×90 cm. tema yang diangkat “potongan ayat suci Al-Qur’an”. Secara historis Kaligrafi adalah seni menulis yang indah, dibentuk dengan mengutamakan nilai keindahan yang terdapat pada huruf  yang telah di modifikasi atau digayakan sehingga mempunyai nilai estetika. Dalam potongan ayat ini menjelaskan tentang kebesaran dan  keagungannya, seperti dalam potongan surah “Subhanallah Wabihamdihi” yang artinya “Maha suci Allah Dengan Segala Puji Baginya”. Jadi diharapkan dengan adanya lukisan kaligrafi yang mengusung tema Potongan Ayat Suci Al-Qur’an ini dapat tersampaikan bahwa betapa besarnya keagungan pencipta kita Allah SWT. 

Kaligrafi

Teknik melukis dan pointilis menggunakan media kanvas dengan bahan cat akrilik dan dihiasi gliter serta manik-manik atau bisa disebut mixmedia. Jumlah karya yang dihasilkan sebanyak  delapan karya dengan ukuran yang berbeda tema yang diangkat “potongan ayat suci Al-Qur’an Serta background kuasa Allah yang menciptakan langit, bumi, laut, malam, siang, matahari serta bulan. ”Adapun yang mendasari diangkatnya konsep ini yaitu karena ingin mengingat betapa mulianya pencipta kita Allah SWT. Dalam potongan ayat ini menjelaskan tentang kebesaran dan  keagungannya, seperti Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin,  yang artinya “Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Seluruh Alam”. Jadi  diharapkan dengan adanya lukisan kaligrafi yang mengusung tema Potongan Ayat Suci Al-Qur’an ini dapat tersampaikan bahwa betapa besarnya keagungan pencipta kita Allah SWT. 

Seni Kriya

Karya Studi yang diangkat adalah Seni kriya, menggunakan media limbah kayu bekas yang di temple huruf kagigrafi. Jumlah karya yang dihasilkan sebanyak 7 karya, dengan ukuran berbeda. tema yang diangkat adalah “Bonsai  Kaligrafi “. Adapun yang mendasari diangkatnya konsep ini yaitu berdasarkan HR. Bukhari dan Muslim “orang yang menggambar (makhluk hidup) akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: hidupkanlah apa yang kalian buat ini“. Seorang muslim dalam berkarya seni, terkhusus dalam menciptakan karya seni kriya, harus berdasarkan nilai-nilai keislaman, nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist

Design a site like this with WordPress.com
Get started